Seni Musik Masih Minim -Diah Sukmawati Soekarnoputri Pearl mengatakan perhatian pemerintah terhadap seni musik masih minim.

Hal ini menyebabkan kurangnya museum musik yang mengumpulkan semua jenis musik yang ada di Indonesia. “Kurang ada kekhawatiran dari sumber daya manusia. Dari petinggi, gubernur, walikota, harus dari pemerintah daerah yang benar-benar perhatian baik untuk seni,” kata Sukmawati saat mengunjungi Museum of Music Indonesia (MMI) di Malang, Senin ( 26/3/2018). Menurut dia, MMI belum mencerminkan sebuah museum. nahjbayarea.com

Untuk Sukmawati, museum harus memiliki koleksi lengkap dan menjelaskan semua yang ada di masa lalu, termasuk gamelan adalah alat musik tradisional. Putri Presiden pertama dan kemudian membandingkannya dengan sebuah museum film di Shanghai, Cina. Menurut dia, museum itu sangat luas dan memiliki koleksi lengkap dari dunia perfilman di negara ini.

“Ini luar biasa. Setelah masuk, pengaturan rapi dan siap dengan kait kunjungan. Jika itu (MMI) masih saja bangunan penyimpanan arsip, koleksi, apa-apa tentang musik,” katanya. Namun demikian, Sukmawati menghargai pendirian MMI untuk memulai untuk membawa koleksi musik Anda di Indonesia. Saat ini, MMI adalah satu-satunya museum musik yang ada di Indonesia.

Selain itu, Sukmawati juga menyoroti kurangnya perhatian bagi generasi muda untuk seni dan budaya negara. Bahkan, menurut dia, generasi muda Indonesia bangga dengan fakta banyak budaya asing. “Rakyat juga ingin melupakan seni dan budaya. Kebanggaan Lebih dalam seni budaya asing. Bahkan, jika Anda memahami ciptaan yang luar biasa di Indonesia,” katanya.

adalah satu-satunya museum seni musik di Indonesia, terletak di Malang, Jawa Timur. Setiap aspek kehidupan memiliki sejarahnya sendiri yang jika dapat diingat. Demikian pula, perkembangan musik masing-masing era memiliki masa keemasannya. Entah itu bernyanyi, penyanyi, gaya hidup untuk media (rekaman peralatan dan mendengar) untuk menikmatinya. Museum ini terletak di Gedung Kesenian Gajayana lantai 2 Jl. Reclaiming No 19 Malang.

Sejarah Museum Musik Indonesia pada dasarnya telah dimulai sejak lama. Cikal bakalnya sebuah Katjoetangan Pecinta Group (Kayutangan) yang ada sejak tahun 1970-an. Kelompok ini terdiri dari pecinta musik yang memberikan diri mereka sendiri, tenaga, waktu, dan harta untuk mengurus warisan musik yang ada.

Tangan kayu sendiri dikenal sebagai tempat pertemuan di mana penyelenggara seni di Malang tempo dulu. Seiring waktu, bendera Sosial disulap menjadi galeri Katjoetangan Pecinta Tarik Malang (Menyanyi) pada tahun 2009.

Galeri Malang Bernyanyi kemudian diubah menjadi Museum Musik Indonesia pada tahun 2015. Setelah terdaftar di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Museum Musik Indonesia secara resmi didirikan . dukungan pemerintah Malang dengan memungkinkan manajer untuk menggunakan museum sebagai tempat Gajayana Arts Center Music Museum Indonesia. [2]

GMB lokasi awal adalah di garasi 3 x 5 m di rumah orang tua Hengki Herwanto, Hengki Herwanto adalah pendiri dan ketua GMB. Etalase pertama disiapkan adalah rak kaca ukuran mini 35 x 40 cm yang biasa digunakan oleh penjual rokok yang dibeli di kios di Sawojajar.

Melangkah ke 4 GMB telah mampu untuk menyewa sebuah rumah di Griya Santa. kamar yang luas yang dapat digunakan untuk memamerkan koleksi, lebih lebar dari tempat lama. Dari tempat ini perkembangan yang cukup baik dengan meningkatkan jumlah kunjungan dan jumlah koleksi tamu sumbangan.

Pada 2015, Galeri Malang Singing berubah menjadi Museum of Music Indonesia. Setelah terdaftar dengan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Museum Musik Indonesia secara resmi didirikan. dukungan pemerintah Malang dengan memungkinkan manajer untuk menggunakan museum sebagai tempat Gajayana Arts Center Music Museum Indonesia. Pada tanggal 19 November 2016 museum musik Indonesia diresmikan oleh